Puisi – Fspkep.id | Karya : Bertananta Lorensa Edisi Rabu 8 Januari 2025
Mentari datang dari ufuk timur
Menyinari gelapnya kehidupan
Menerangi jiwa jiwa kehampaan
Memberi semangat pada kemalasan
Dia datang untuk menyapa
Termasuk menyapaku
Dia membuatku teringat
Akan sosok yang slama ini membuatku bangkit
Bangkit dari keterpurukan …
Kegagalan
Kesedihan
Kerapuhan
Kelumpuhan
Keputusasaan
Dan ketidaksanggupan menjalani hidup
Dia ..
Dia yang membangkitkanku
Dialah ibunda ratuku
Ratu tanpa mahkota
Ratu tanpa dayang dayangnya
Dialah ratu dengan sejuta kesabaran
Dulu ..
Saat aku balita
Dia mengenalkan aksara
Mengajariku menghitung angka
Mengenalkan bahasa
Mengajariku tentang logika
Mengenalkan cinta dan kasih sayang
Mengajariku mencintai dengan ketulusan
Menyayangi dengan sepenuh hati,
Tanpa mengharap balasan
Ibunda ratuku …
Asal kau tau ,
Menurutku kau memang pantas
Untuk diibaratkan sang mentari
Sama sama memberi,
Tanpa mengharap balasan .
Engkau tulus bunda .
Terimakasih ya bunda …
Untuk semua yang kau beri
Untuk semua yang kau lakukan
Untuk semuanya bunda
Terimakasih
Maafkan aku
Yang terkadang manja
Maafkan peri kecilmu
Yang terkadang suka nakal , iseng , jail
Dan belum bisa ngebahagiain sepenuhnya
Memang , sekarang aku hanya bisa memberimu sekumpulan kata
Hanya bisa memberi tau akan mimpi mimpi ku
Tapi nanti ..
Jika waktunya tiba
Akan aku buktikan,
Bahwa itu tidak hanya sekedar kata yang terucap
Dan tidak lagi sedang berilusi
Melainkan keberhasilan yang terpampang nyata
Yang dulunya lahir dari halusinasi belaka
Akan ku bungkam,
Mereka mereka yang sempat menertawakan kita
Ataupun menertawakan mimpi mimpiku
Duhai mentari pemberi hangat
Pancar cahaya nan menawan
Kau sosok yang tak akan pernah terlewat
Sepanjang perjalanan
Entah ..
Kata apa lagi
Yang harus ku ucap
Padamu ibunda ratuku
Yakinmu yang buatku berani
Menerobos rimba ketakutan diri
Menerjang angkasa raya
Untuk menjadi bintang
Yang slalu bercahaya
Engkaulah motivatorku
Karnamu aku semangat
Dan terbangun dari kemalasan
Engkaulah alasan ..
Mengapa sampai saat ini aku berjuang dan bertahan
Meski duri duri menancapi tapak kaki
Meski angin menusuk tulang sumsumku
Meski pisau mengiris piris hatiku
Meski badai selalu mencari celah untuk mengurungkan niatku
Ku abaikan semua itu
Yang harus ku lakukan
Maju dan berlari
Untuk menggapai mimpi mimpi
Untuk buktikan pada para kalangan
Bahwa keinginanku tak hanya khayalan
Ku persembahkan kesuksesan
Untuk ibunda ratuku
Ibunda pembangkit kelumpuhan
Pada sendi sendi yang kian kaku .
Leave a Reply