Sidoarjo, fspkep.id | Rabu, 25 Juni 2025, Sore itu di ruangan bernuansa hijau kantor DPC FFSP KEP-KSPI kabupaten Sidoarjo terasa lebih hening dari biasanya. Di sekeliling meja panjang, belasan pekerja tampak khusyuk. Ada yang menopang kepala, ada yang mencoret-coret kertas, dan beberapa hanya menatap layar dengan kening berkerut. Mereka bukan sedang membahas masalah Pemutusan Hubungan Kerja atau konflik perburuhan. Mereka sedang berusaha menangkap makna dari sederet angka—angka yang berbicara tentang kesejahteraan mereka sendiri.
Mereka adalah anggota divisi penelitian dan pengembangan PUK SP KEP PT Young Tree Industries atau yang disebut (LITBANG). Hari itu, mereka sedang mengikuti pelatihan khusus untuk memahami cara mengolah data survei yang mereka kumpulkan sendiri—tentang kondisi dan kesejahteraan pekerja di pabrik tempat mereka bekerja.
Bagi Erly dan kawan-kawan, belajar membaca data bukan sekadar keterampilan teknis, tapi bagian dari upaya membangun Serikat Pekerja yang lebih kuat, lebih ilmiah, dan lebih mampu menyuarakan kebutuhan anggotanya.
Fokus utama dari survei yang mereka lakukan adalah kesejahteraan pekerja mulai dari besaran upah dan tunjangan, hingga kepuasan kerja dan harapan terhadap Manajemen Perusahaan. Semua data itu kini ada di tangan mereka, siap diolah menjadi suara kolektif para buruh.
Selama pelatihan, mereka mempelajari berbagai teknik dasar : bagaimana menyusun tabel, membaca pola dari data kuantitatif, hingga menyusun kesimpulan yang bisa menjadi dasar advokasi. Bagi mereka, ini bukan sekadar belajar angka, tapi belajar bicara secara ilmiah atas kenyataan hidup dan kondisi lingkungan kerja sehari-hari.
“Awalnya pusing, Mas,” ujar Erly salah satu peserta sambil tertawa kecil. “Tapi setelah tahu caranya, ternyata menarik juga. Kita bisa tahu apa yang dirasakan teman-teman tanpa harus tanya satu-satu.”
Antusiasme itu terlihat jelas saat Wisnu, fasilitator dari Wadah Asah Solidaritas Surabaya (WADAS), memandu sesi pelatihan. Di depan ruangan, ia menggambar bagan sederhana di papan tulis sambil menunjukkan bagaimana satu set data bisa membongkar persoalan struktural di tempat kerja.
Menurut Wisnu, pelatihan ini penting untuk memastikan serikat bisa berbicara dengan dasar yang kuat.
“Kami ingin mendorong kawan-kawan Serikat Pekerja untuk tidak hanya bergerak berdasarkan asumsi,” jelasnya, “tapi mampu menunjukkan fakta berbasis data yang dikumpulkan secara ilmiah,” Lanjut Wisnu.
Dengan data yang valid dan representatif, suara buruh akan lebih diperhitungkan, baik dalam dialog sosial maupun perundingan dengan manajemen.”
Supangat, Ketua PUK SP KEP PT Young Tree Industries, menyambut baik pelatihan ini sebagai bagian dari strategi penguatan internal Serikat Pekerja.
“Dengan penguasaan teknik penelitian yang tepat, kita bisa memetakan masalah kesejahteraan secara lebih terstruktur,” ujarnya penuh semangat. “Dan dari situ, kita bisa menyusun langkah-langkah perjuangan yang lebih tajam dan berdampak langsung bagi anggota.”
Pelatihan hari itu mungkin hanya berlangsung beberapa jam, tapi maknanya jauh melampaui ruang kelas sederhana di kantor Serikat Pekerja. Dan sudut pandang dari pelatihan Litbang itu terlihat lebih luas, lebih bisa melihat beberapa tahun terakhir dan tentunya beberapa tahun kedepan.
Di tangan para pekerja itu, angka-angka bukan lagi deretan data mati. Ia menjelma menjadi alat perjuangan—untuk bicara, menyusun strategi, dan memperjuangkan kehidupan yang lebih layak.
Mereka tahu, tak semua perubahan bisa diraih dengan cepat. Tapi mereka juga tahu, Serikat Pekerja yang bersuara dengan dasar pengetahuan akan lebih didengar, dari situlah harapan itu tumbuh : Harapan akan masa depan di mana kerja keras tak lagi berarti hidup pas-pasan. (ADR)
Leave a Reply