Serikat Pekerja Kolonial, Pekerja Muda Ogah Berserikat

Jakarta, fspkep.id | Dilematis di tengah meningkatnya jumlah Organisasi Serikat Pekerja secara statistik, berbanding terbalik dengan jumlah pekerja yang berserikat di Indonesia. Fenomena yang mengkhawatirkan ini justru terlihat di lapangan : keinginan untuk bergabung dengan serikat mengalami penurunan, terutama di kalangan pekerja muda. Kondisi ini menjadi sinyal penting bagi gerakan buruh untuk melakukan refleksi dan evaluasi menyeluruh terhadap peran dan fungsi Serikat Pekerja di era modern.

Berdasarkan berbagai observasi dan diskusi lapangan yang dilakukan oleh Pengurus FSP KEP-KSPI, sejumlah faktor menjadi alasan utama menurunnya minat berserikat, di antaranya:

  • Kurangnya pemahaman tentang fungsi dan manfaat Serikat Pekerja, terutama bagi generasi pekerja muda yang lebih akrab dengan budaya kerja digital dan fleksibel.
  • Stigma negatif terhadap Serikat Pekerja yang dianggap tidak efektif, SDM pengurus, terlalu birokratis, atau bahkan dekat dengan kepentingan perusahaan.
  • Minimnya akses terhadap informasi serikat dan kurangnya ruang partisipatif dalam pengambilan keputusan organisasi.
  • Perubahan karakter dunia kerja yang semakin individualistik dan kompetitif, membuat pekerja muda merasa bahwa keikutsertaan dalam serikat bukanlah prioritas.
  • Tingginya angka pengangguran sementara peluang/kesempatan bekerja semakin tipis sehingga pekerja enggan mengambil resiko bergabung ke Serikat Pekerja yang dianggap kontra dengan perusahaan.

Menanggapi kondisi tersebut, Ketua Umum FSP KEP-KSPI, Sunandar, S.H., menyampaikan komitmennya untuk melakukan perubahan dan perbaikan sistem secara menyeluruh dalam tubuh Serikat Pekerja.

“Kami menyadari ada kesenjangan antara harapan pekerja—terutama generasi muda—dengan cara kerja serikat saat ini. Oleh karena itu, FSP KEP-KSPI akan memperbanyak program pendidikan kader, memperkuat advokasi di lapangan, dan membangun media organisasi yang aktif dan komunikatif,” ujar Sunandar.

Lebih lanjut, Sunandar menekankan pentingnya pendekatan langsung kepada pekerja, dengan cara membuka ruang dialog, mendengar aspirasi, dan menghadirkan serikat sebagai alat perjuangan yang relevan dan progresif.

“Kita tidak bisa terus berharap pekerja datang ke serikat, justru serikatlah yang harus mendatangi pekerja dan hadir di tengah problematika mereka,” tegasnya.

FSP KEP-KSPI juga akan memperkuat kampanye melalui media digital dan memperluas edukasi publik mengenai pentingnya serikat pekerja dalam memperjuangkan hak-hak normatif dan kesejahteraan buruh secara kolektif.

Melalui strategi perubahan ini, diharapkan tingkat kepercayaan publik dan keterlibatan aktif pekerja, terutama kaum muda, terhadap serikat pekerja dapat kembali meningkat dan menjadi kekuatan utama dalam mendorong keadilan sosial di dunia kerja. (Afn)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *