Jakarta, Fspkep.id | Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Selenggarakan Social Media Capacity Building dan In-House Training di Hotel Amaris Juanda. Jl. Ir. H. Juanda No.3, Kebon Kelapa, Gambir, Jakarta Pusat pada 6 Desember 2025.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Sekretaris Jenderal KSPI, Ramidi dan menandai babak baru penguatan strategi komunikasi digital serikat pekerja. Tak lagi sekadar mem-posting aksi dan rilis, melainkan melakukan bedah total kemampuan, kelemahan, dan kesiapan pasukan media buruh untuk bertarung dalam ekosistem digital.Program penguatan media sosial ini terselenggara berkat kerja sama strategis antara KSPI–KSBSI, serta ITUC Asia Pasifik, dengan dukungan konsultan media Nakama.
Pada hari pertama, peserta dihajar dengan 60 pertanyaan asesmen dari Nakama. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak ramah, tidak basa-basi, dan tidak memberi ruang untuk jawaban normatif.
Semua diarahkan pada satu tujuan, yaitu membongkar kemampuan digital kader, kapasitas tim media, sekaligus mengukur kesiapan organisasi menghadapi pertarungan informasi kedepan.
“Ini asesmen terkait kemampuan kita. Mereka ingin tahu sejauh apa SDM kita bisa mengelola media. Telanjang tanpa ditutupi,” begitu arahan dari Kahar S Cahyono sebagai Fasilitator kegiatan tersebut.
Dan hari ini, asesmennya lebih dalam dengan membedah performa media sosial KSPI dan KSBSI secara terbuka.Instagram? Diinspeksi.Facebook? Dibedah.TikTok? Ditelanjangi.Semua platform dilihat apa adanya. Mana yang lambat, mana yang gagal menjangkau publik, mana yang tidak konsisten, mana yang potensial tetapi belum dimaksimalkan.Tidak ada sensor. Tidak ada jaim.Bahkan bila peserta ingin mengkritik habis akun resmi konfederasi pun, dipersilakan.
“Justru itu yang dibutuhkan. Data nyata, kritik jujur, agar Nakama bisa memberi masukan berdasarkan kondisi aktual,” demikian penjelasan Kahar.
Selesai pembukaan dan giat awal, peserta tidak langsung beristirahat. Mereka harus menyusun rencana kampanye digital yang akan diuji di lapangan pada esok hari.Ada dua tema besar yang wajib diusung:Just Transition (Transisi Berkeadilan) Kebebasan Berserikat
Poster, konsep, storyline, dan rencana konten akan didesain malam ini. Poster resmi memang belum datang, tapi itu bukan alasan untuk stagnan. Kreativitas peserta diuji habis-habisan—bukan untuk gaya-gayaan, tetapi untuk kelangsungan gerakan.
Menurut Kahar, Besok para peserta akan diturunkan langsung ke Car Free Day (CFD) sebagai medan praktik.
“Bukan aksi massa, tapi kampanye digital lapangan. Mereka akan membuat konten, melakukan pendekatan publik, mengambil dokumentasi, dan menguji ide kampanye yang dibuat malam ini,” ujaranya.
Ia mengungkapkan, CFD dipilih karena menjadi tempat paling efektif untuk mengukur respon publik secara real-time. Siapa yang peduli, siapa yang acuh, siapa yang marah, dan bagaimana konten serikat dapat menarik perhatian masyarakat luas.
“Hasil kampanye kemudian dianalisis oleh Nakama. Setiap poster, caption, narasi kampanye akan dinilai. Apa yang kuat, apa yang lemah, apa yang perlu diperbaiki,” lanjutnya. “Ini baru pemanasan,” kata Kahar.
“Pertemuan besar bersama Nakama dijadwalkan pada 15–17 Desember, dimana Assesment akan dilakukan langsung oleh pihak konsultan. Mulai dari materi, diskusi, hingga simulasi strategi media akan dilakukan selama tiga hari penuh”.
Di tengah masifnya disinformasi, framing sesat, dan serangan naratif terhadap gerakan buruh di dunia maya, KSPI dan KSBSI tampaknya tidak lagi mau hanya bereaksi. Mereka membangun kekuatan dengan mengasah kemampuan digital, memperkuat jaringan, mempertegas pesan, dan mengukur kemampuan pasukan media secara jujur dan terbuka.Inilah era baru gerakan buruh Indonesia.
Bukan lagi hanya perang spanduk dan aksi jalanan. Tetapi perang algoritma, perang wacana, perang narasi. [Red]






















Leave a Reply