Palembang, Fspkep.id | Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) menyelenggarakan workshop bertajuk “Mengembangkan Strategi Komunikasi untuk Mewujudkan Transisi yang Adil” di Hotel Luminor Kota Palembang Sumatera Selatan pada Sabtu dan Minggu, 31 Mei – 1 Juni 2025.
Workshop ini berfokus pada pengembangan strategi komunikasi yang efektif untuk mendukung terwujudnya transisi yang adil, khususnya bagi para pekerja dan buruh. Materi yang disampaikan kemungkinan besar meliputi teknik komunikasi massa, advokasi, dan membangun narasi yang kuat untuk kepentingan serikat pekerja.
Acara ini dihadiri oleh Sekjen KSPI Bapak Ramidi dan Wakil Presiden Bidang Infokom dan Propaganda Bapak Kahar S Cahyono serta Ibu Dwi Istiana dari KSBSI, dua konfederasi serikat buruh terbesar di Indonesia. Peserta dari KSPI diwakili oleh FSP KEP dan dari KSBSI dari Nikeuba. Kehadiran para peserta dari kedua organisasi ini menunjukkan komitmen bersama dalam memperjuangkan hak-hak pekerja dan menciptakan transisi yang berkeadilan.
Workshop berlangsung selama dua hari penuh, yaitu pada tanggal 31 Mei hingga 1 Juni 2025. Penyelenggaraan di akhir pekan memungkinkan partisipasi maksimal dari para anggota serikat yang mungkin memiliki aktivitas kerja di hari kerja.
Hotel Luminor Kota Palembang dipilih sebagai lokasi workshop. Pemilihan lokasi ini menunjukkan upaya untuk menjangkau anggota serikat di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya.
Tujuan utama dari workshop ini adalah untuk membekali peserta dengan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangkan strategi komunikasi yang dapat digunakan untuk mengadvokasi transisi yang adil. “Transisi yang adil” sendiri merujuk pada perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang memastikan tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal atau dirugikan, khususnya dalam konteks perubahan industri atau kebijakan. Dengan komunikasi yang kuat, KSPI dan KSBSI berharap dapat lebih efektif dalam menyuarakan aspirasi anggotanya dan mencapai tujuan tersebut.
Workshop ini dilaksanakan dalam format interaktif, melibatkan diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi untuk memungkinkan peserta langsung mempraktikkan keterampilan komunikasi yang diajarkan. Para fasilitator mungkin berasal dari kalangan ahli komunikasi, aktivis serikat, atau akademisi yang memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu ketenagakerjaan dan keadilan sosial. [man08]
Leave a Reply